Budaya selalu identik dengan sesuatu yang turun temurun, begitu halnya dengan pemakaian sarung dalam sebuah pesantren. Sarung menjadi ciri khas bagi anak pesantren.
Terdengar aneh, tapi memang seperti itulah kenyataannya. Sarung bisa dipakai dalam acara apa pun, acara formal bisa dan non-formal pun iya. Meskipun dengan bertambahnya tahun ke tahun, ternyata budaya sarung di pesantren kian melejit. Kini berbagai motif sarung tersedia dimana-mana.
Santri dan sarung
Santri merupakan sebutan bagi anak didik di dalam sebuah pesantren. Baik itu pesantren salafiyyah maupun pesantren modern. Saat ini jumlah santri semakin meningkat dari tahun ke tahun sebagai dampak dari pentingnya ajaran Islam di lingkungan masyarakat.

Santri bisa menjadi apa saja, ia bisa menjadi guru, tokoh masyarakat ataupun pengusaha terkenal. Jadi anggapan bahwa santri itu hanya bisa mengaji itu salah besar.
Dengan meningkatnya jumlah santri di setiap pesantren pastinya budaya sarung sebagai pelengkap berpakaian semakin terkenal. Sarung disukai oleh santri karena tidak ribet jika dikenakan, lebih simpel. Meskipun sarung awalnya hanya untuk kaum pria saat salat, sekarang sudah menyeluruh dikenakan oleh laki-laki maupun perempuan.
Santri di mata masyarakat
Siapa sih yang tidak tau santri? Apalagi dengan ciri khas anak bersarung di manapun dan kapanpun menjadi lebih menonjol di kalangan masyarakat umum.

Jika wanita dengan sarung dan kerudung segi empat, lain halnya dengan santri putra yang lebih identik dengan sarung dan kopiahnya. Menggunakan sarung membuat santri ingat adab-adab yang diajarkan dalam pesantren, seperti adab menuntut ilmu, menghormati orang lain, dan toleransi terhadap agama lain.