Bagaimana jika muslim tidak mampu menggunakan anugerah akalnya dengan semestinya? Tidak hanya merugi, bahkan dirinya juga akan membawa fitnah bagi dirinya dan agamanya.
Akal merupakan anugerah dari Allah SWT dengan kedudukan yang paling berharga bagi manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna di muka bumi ini. Sebagai seorang umat muslim, akal juga memiliki peran dalam kehidupan beragama. Karena pada hakikatnya, seorang muslim yang baik, pasti akan menggunakan akalnya dengan bijak untuk selalu digunakan dalam segala perintah Allah SWT.
Seorang muslim yang bijak akan mempergunakan akal dengan semestinya. Fungsi akal sebenarnya sebagai alat dalam bertadabbur terhadap segala bentuk ciptaan dari Yang Maha Kuasa. Sehingga dengan tadabbur ini akan dapat dijadikan acuan oleh umat muslim untuk semakin giat menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah SWT yang taat. Dengan menggunakan akal yang baik, maka manusia akan bisa memahami pengetahuan ibadah secara independent bukan secara ikut – ikutan.

Golongan manusia pembawa fitnah dalam Agama Islam
Dalam ajaran Islam, orang yang berilmu lebih memiliki beban dan tanggung jawab untuk mengajarkan ilmunya, sebagai estafet sanad ilmu dari Rasulullah SAW. Sungguh ini merupakan beban bagi orang yang berilmu.
Apabila seorang yang berilmu hanya mampu mencerahkan dan mengajarkan pengetahuan kepada khalayak, akan tetapi dirinya sendiri malah tidak tercerahkan. Yang ada sungguh merugi dirinya. Inilah maksud manusia yang membawa fitnah bagi dirinya sendiri. Ibarat sebuah lilin yang mampu menerangi sekitarnya, tapi justru menghancurkan dirinya sendiri.

Pemahaman yang kedua yakni ketika orang yang tidak memiliki ilmu akan tetapi melakukan praktiknya. Contohnya orang yang tidak mengerti ilmunya ibadah sholat tapi melakukan sholat. Yang ada orang tersebut hanya ikut – ikutan orang lain dalam sholat, tidak mengerti mana bentuk sholat yang benar dan salah karena tidak memiliki ilmunya dan pembimbing. Ketika orang seperti ini mejalankan praktiknya bisa saja ia juga dicontoh orang lain yang serupa, output-nya adalah hal seperti ini akan menjadi estafet kesesatan. Merugi bagi dirinya dan merugikan bagi orang lain yang mencontohnya.
Kedua hal diatas merupakan jenis manusia yang akan menjadi penyebab fitnah dan kesesatan bagi sekelilingnya. Apabila umat muslim yang seperti ini semakin terbibit, yang terjadi adalah dapat mengancam rusaknya Agama Islam naudzubillah.
Maka jika sekarang kita sudah mengerti, kita seharusnya mampu memahami dan menghindari dua sifat tersebut. Kita sebagai umat muslim harus bisa menjaga diri kita agar tidak termasuk ke dalam dua golongan manusia di atas. Sebagai bentuk ikhtiar dalam membela Agama Islam. (CTH)